Pertama kalinya aku pulang jam 12 malam selama menyandang gelar mahasiswi. Biasanya sih nginap di rumah teman kuliah tapi ini beda, ini bukan kerja kelompok , datang ke acara kampus ataupun acara keluarga. Ini cuman sekedar ngumpul bareng sama teman sekolah dulu dan akhirnya lupa waktu. Kena marah ? Pastinya , kakakku marah besar. Adik perempuannya pulang jam segitu. Sial dan sialnya lagi uang jajanku dipotong. Dan pada saat itu aku berjanji untuk tidak pulang tengah malam lagi.

Tiga hari setelah kemurkaan kakak. Semua terasa membaik, bagaimana tidak. Selama kejadian itu aku cari kelakuaan baik. Pulang kuliah aku terus ke rumah tidak kemana-kemana. Rajin masak , rajin membersihkan dan lain sebagainya. Sebelum kejadian malam itu , hari-hari sebelumnya aku rajin kok. Percaya deh.

Aku lupa say helo. Assalamualaikum , namaku Andina Hasana biasa dipanggil Syahrini hehehehe, bercanda kok. Aku sering dipanggil Andina. Umurku 19 tahun dan aku suka sekali membaca. Yah , baca novel , cerpen , dan komik. Aku bukan kutu buku yang gemar baca buku ilmiah , politik , dan sebagainya. Bosan baca buku gituan , menurutku katro.

Aku mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Salah satu jurusan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi , Universitas Islam Negeri di kotaku. Awalnya setelah lulus aku berfikir apa yang bisa aku kembangkan didalam diriku disini? Karena sebenarnya cita-citaku adalah seorang psikolog. Keren , yah keren sekali aku melihat para psikolog membaca dan mengetahui pikiran seseorang.

Awalnya aku acuh tak acuh dengan jurusanku ini. Tapi setelah difikir, tidak mungkin aku berada pada titik ini. Titik dimana aku tak bisa berkembang.

                                                            ***
            Hadcheeeee......!!! Cuaca yang berubah-ubah sering sekali membuat imun tubuhku drop. Sakit kepala sampai demam sering sekali bertamu di tubuhku.  Untung selalu ada obat yang disediakan ibu. Yah , jadi anak perantau yang jauh dari orang tua , kurang perhatian dan terkadang kurang uang. Jelas , uangku diatur kakak.

            Aku pernah berfikir bahwa akan susah kalau jauh dari ibu. Yang biasanya pulang dari sekolah langsung ada makanan sekarang kalau tidak makan diluar yah di rumah cuman makan mie instan. Semua serba instan sekarang.

            Sekarang sebelum kuliah setelah shalat subuh harus beres-beres dulu. Kalau tidak sempat yanh pulang kuliah. Pulang kuliah bukan hanya bersih-bersih aku harus masak juga. Yah hitung-hitung belajar jadi calon istri yang baik. Cielahhh.

            Tapi aku yakin doa kedua orang tuaku akan memprmudah semua urusanku disini. Aamiin.
                                                                        ***
            Yah novelnya hilang , aku harus cari dimana lagi. Perasaan aku taruh disini. Dimana yah??? Aduh novel yang baru aku beli seminggu lalu dengan uang jajanku hilang. Aku bingung dan akhirnya nangis. Eh “kamu kenapa nangis?” tiba-tiba kakaku muncul dari belakang.

            “Kakak tidak akan ngasih kamu uang lagi kalau kamu beli buku seperti itu lagi. Ayah dan Ibu nyari uang untuk kamu beli buku kuliah bukan malah beli buku yang tidak ada gunanya sama sekali itu.”

            Kemarahan kakak siang itu membuatku tambah sedih. Dia tidak mengerti , aku suka membaca buku. Hanya novel-novel itu yang menemaniku saat aku tidak mempunyai kegiatan.
            Seminggu kemudian.

            “Halooo Andina, temani aku ke toko buku dong. Ada beberapa buku yang harus kubeli” Suara Wulan membuyarkan lamunanku yang sedaritadi memikirkan novelku.

            Entah Wulan gila atau kenapa, banyak bener yang dia beli. Mau buka toko buku kali yah. “An kamu tidak beli buku? Ini buku komunikasi loh , berguna banget untuk kuliah” Ah malassssss, mending baca novel. Nanti kalau udah banyak novel yang aku beli terus koleksiku banyakkk , aku bakal buka perpustakaan khusus novel love story gitu.

            “Baca buku gituan nggak perlu sering-sering An dan kamu jangan malas dong baca buku ginian. Ini pentingloh , apalagi kita anak komunikasi. Butuh banyak buku yang kita kuasai supaya menjadi sarjana yang hebat.” Banyak kata lu Wulan , cepat dong aku lapar.

            Setelah makan kami beranjak ke toko baju setelah itu kami berencana nonton film yang katanya keren banget. Hufffffttttttt !!! Pegel dan capek udah nemenin Wulan seharian tapi aku senang kok , mumpung dia lagi baik traktirannya full.

            Wulan itu sahabat paling inspiratif. Tidak hanya cantik , baik , ramah , sopan , pintar ,ehhhh kalau aku jelaskan ratusan lembarpun tidak akan cukup menggambarkan si Wulan. Pokoknya dia adalah teman sekaligus sahabat yang bisa ngertiin aku. Mengerti kalau aku malas banget baca buku yang bukan favoritku.

            Wulan terkadang jengkel , kalau aku diajak belajar aku malah asik dengan handphoneku sendiri . Sering ngambek sendiri dan menghilang secara tiba-tiba. Aku curiga dia saudara sepupunya ninja hatori, suka banget menghilang tiba-tiba kalau lagi ngambek. Tapi aku sayang kok, sayang banget sama sahabatku yang satu ini.

Nilai semester satu dan dua cukup memuaskan. Welcome , semester selanjutnya. Aku tunggu tantangan yang lebih menantang lagi.

                                                            ***
            “Besok sore kamu jemput paman di bandara” Pintah kakakku.
            “Iya, asal ada uang jalannya ajah kak”

            “Uang apaan? Udah sana tidur . Kalau begadang kamu tidak bisa bangun pagi.” Begitu tuh kakak, kalau ada perintahnya. Harus siap sedia dan nggak ada bantahan.

            Paman di mana sih? Lama banget , katanya jam segini tapi kok belum nongol-nongol juga.
Mana aku haus lagi.

            “Andina . . . . . !!!”

            Sepertinya itu, ah paman. Aku segera berlari menghampiri paman. Ala-ala film india gitu.

            “Ini ada oleh-oleh dari Bandung, tapi entar yah. Barangnya ada di koper paman. Pasti kamu suka deh, trus paman juga mau nyampein sesuatu yang penting. Tapi ngomong-ngomong mobil kamu taruh di mana ? Kok jauh bener jalannya.” Ujar pamanku yang paling cerewet.

            Ah panas sekali hari ini , membuatku ingin berenang di kolam yang berisi sirup penuh dengan batu es pasti segar.

            Paman , paman , paman. Ah aku memanggilnya sampai tiga kali begitu. Dia malah asik dengan handphonenya. Katanya ada oleh-oleh , trus kenapa sampai sekarang tidak ada?

            “Oh iya paman lupa, tunggu sebentar.” Jelasnya.

            Harapanku terhadap oleh-oleh itu hancur sudah, kukira itu sebuah boneka atau coklat. Ternyata sebuah buku yang berjudul “Teka-Teki Komunikasi”. Ah membosankan sekali. Kakak , sahabat , sampai paman sekalipun sama semua jalan pikirannya. Sudah berapakali sih aku bilang. AKU MALAS BACA BUKU SELAIN NOVEL TITIK.

            Tapi kenapa nasihat paman tadi terbayang-bayang terus. Katanya aku harus rajin baca buku. Katanya aku harus memperdalam ilmulah apalah itulah. Supaya menjadi sarjana yang bukan hanya mengejar nilai tetapi yang terpenting adalah ilmunya.

            Kata paman, kalau sekedar kuliah saja tidak memperbanyak materi sama aja bohong. Katanya aku harus belajar di luar kampus juga. Harus banyak relasi ilmu. Kirain mau ngomong apa, katanya penting. Yaelah itu mah kata-kata mutiara biasa yang sering di ucapkan kakak. Ah ceramahnya nggak seru mending nonton sinetron saja.

            Semenjak paman ada aku malas banget stay di rumah. Bawaannya jengkel terus. Aku kira akan menyenangkan seperti waktu kecil dulu. Aku selalu di ajak ke taman bermain , makan es cream, dan belanja. Sekarang aku hanya dapat kata-kata mutiara terus.

            Sekitar seminggu paman di sini hari-hariku berlalu dengan mulut manyun. Bagaimana tidak, setiap pulang kuliah paman ngajak makan tapi dengan lauk kata-kata mutiara itu. Yah aku kenyang dengan kata-kata juga.

            Aku harus tahan, ini akan segera berlalu. Urusan paman disini akan segera selesai. Besok paman udah balik ke Bandung.
            “Kamu kuliah baik-baik nak, itu buku yang paman kasih dibaca yah” Paman berlalu di balik pintu bandara.

            Senyum lebarku melepas paman. Semoga sampai dengan selamat paman.

            Sesampaiku di rumah. Dreg, jantungku berhenti setelah menerima kabar bahwa pesawat yang di tumpangi paman mengalami kecelakaan. Ibu dan ayah dalam perjalan kesini. Aku menangis sejadi-jadinya. Entah kenapa Tuhan tidak memberiku pertanda bahwa dia akan mengambil paman dalam waktu sesingkat ini. Rasanya tak adil , rasanya seperti mimpi. Ahhhhhh.

            Sebulan setelah kepergian paman. Jenazah paman sampai saat ini belum ditemukan. Hidupku serasa tak tenang jasad paman belum ditemukan.

            Adik kandung ayahku itu sangat menyayangiku. Dia tak punya anak perempuan, Dia menyanyangiku melebihi anak kandungnya. Sewaktu kecil dulu paman sering memberi uang jajan yang lebih untuk aku tapi untuk anaknya hanya sedikit. Terkadang aneh. Tapi nyata, karena paman menginginkan sekali anak perempuan.

            Aku berlari menuju meja belajarku. Mencari pemberian terakhir paman.  Oleh-oleh yang lebih spesial dari sekotak coklat dan sebuah boneka. Buku titipan paman ini akan ku baca seperti yang beliau sampaikan.

            Tapi aku tidak sanggup membacanya. Melihatnya saja aku sudah meneteskan air mata. Bagaimana cara aku membacanya?

            Mungkin nanti. Kalau aku sudah tenang sedikit dan mengikhlaskan paman pergi. Tapi kegelisahanku akan terus begini , aku belum ikhlas sebelum jasad paman ditemukan.

            Keesokan harinya.

            Aku beranikan diriku membaca buku titipan paman. Ternyata bagus juga, banyak hal baru yang ku temukan di dalam buku ini. Dua halaman cukup untuk hari ini.

            Kelemahan si Wulan adalah kalau mandi lama banget coy. Kalau nungguin dia mandi , perumpamaanya seperti ninja hatori mendaki gunung lewati lembah sampai ke rumah neneknya.

            Sesampainya di kampus. Aku heran. . . kok rame betul, ada apa yah? Ternyata ada perekrutan penyiar baru di kampus. Persyaratannya harus kuat mental, percaya diri , wawasan luas , dan banyak tahu tentang musik.

            Aku percaya diri. Tapi aku butuh pengetahuan tentang penyiar. Tiba-tiba Wulan muncul dengan sebuah buku bersampul abu-abu monyet. Katanya buku ini berguna banget. Tapi permasalahannya aku malas baca buku.

            Hanya ku pandangi buku pemberian Wulan ini. Simpan aja dulu , lah audisinya juga bulan depan masih banyak waktu untuk membacanya.

            Aku mengambil pulpen dan sticnot kemudian ku tulis tanggal audisi dan ku tempel di papan informasi di kamarku.

            Aku mengambil buku titipan paman. Aku membaca selembar berikutnya. DI dalam buku itu ada kalmat yang menyentuh hatiku. “ Jika kamu bertemu dengan orang cerdas dan sukses maka tanyakanlah buku apa saja yang telah ia baca”.

            Siapa juga yang nggak mau cerdas dan sukses. Semua orang pengen begitu tergantung dari cara mereka memperlakukan diri mereka. Nah aku sadar aku belum bisa berlaku baik terhadap diriku. Tapi haruskah dengan membaca orang akan sukses dan cerdas?

            Seminggu sebelum audisi.

            Seminggu lagi audisi perekrutan penyiar akan dimulai dan aku belum baca buku pemberian Wulan. Klau dia sampai tahu pasti ngambek dan kalau aku tidak lulus pasti nyalahin aku karena tidak baca buku. Habis kuliah nanti aku langsung pulang deh , baca buku.

            Begini nih kalau baca buku ginian bawaaannya ngantuk. Baru dua lembar udah nyerah. Lanjut besok deh.

            Banyak sekali hal luar biasa yang baru aku ketahui. Ternyata wawasan itu sangat penting. Apalagi berbicara tentang penyiar. Penyiar adalah pekerjaan yang menurutku gampang ternyata tidak segampang yang kufikirkan.

            Aku mulai asik membaca. Penasaran tentang dunia broadcasting. Selama kuliah ini pertama kalinya aku baca buku tentang jurusanku. Ternyata tidak sekatro yang kufikirkan. Aku suka dan mulai nyaman dengan dunia baca.

            Hari audisi telah tiba. Tahap pertama adalah tes wawancara. Aku sangat bersyukur, dalam tes wawancara tips-tips untuk tetap tenang dalam menghadapi juri sudah aku kuasai setelah membaca buku dari Wulan.

            Wulan hanya tersenyum setelah kuberi tahu bahwa aku lulus tahap pertama. Selanjutnya tahap ke dua yaitu on studio. Tahap inilah yang sangat menentukan sekaligus membuat tidurku tak nyenyak.

            Tes menyiar, yah besok aku tidak boleh belepotan. Aku membaca kembali buku yang diberikan Wulan sesekali aku membaca buku dari pamanku. Tutur kata , pemilihan kalimat, dan kejelasan kalimat pula harus diperhatikan untuk menyiar. Aku mulai menyusun skrip berita. Bismillah semoga sukses.

            Nomor urutku cukup jauh, jadi aku punya banyak waktu untuk berlatih. Sesekali aku membaca kamus Besar Bahasa Indonesia untuk mendapatkan kata-kata yang baik. Padahal dulu aku anti bnaget baca buku apalagi kamus yang tebalnya seperti kue bolu.

            Tes berlalu dengan lancar. Wulan membawakanku air mineral dan memberiku semangat. Aku bersyukur kepada Allah aku diberi sahabat yang mendukungku dan selalu setia menemaniku susah maupun senang.

            Seminggu lagi akan keluar hasil dari audisi itu. Aku sangat deg degan karena pesertanya ratusan. Peserta yang ikut adalah mahasiswa mahasiswi dari seluruh fakultas yang ada di kampus. Saingan yang paling berat menurutku adalah mereka yang sudah ikut tahun lalu kemudian ikut lagi alias para senior.

            Tapi aku harus tetap optimis, doa orang tua sudah ku kantongi dan ada semangat sahabatku yang menemaniku sepanjang audisi. Aku serahkan kepada juri . Etssssssss kepada Yang Maha Kuasa maksudnya. Hehehe . . .

            Aku tidak ingin membuang-buang waktu ku begitu saja. Setelah mata kuliah berakhir aku selalu ikut Wulan ke perpustakaan untuk membaca. Dan di dalam tasku selalu ada buku dari paman. Wulan hanya tersenyum tipis melihat perubahan yang kualami. Walaupun baru sedikit tapi aku berharap aku bisa jadi lebih baik lagi.

            Meskipun sekarang aku suka membaca buku tapi tetap saja masih ada rasa bosan sering menggangguku. Dalam sehari aku belum bisa membaca seperti Wulan yang bisa membaca sampai setengah buku. Aku Cuma mampu membaca paling banyak 10 lembar. Itu saja sudah cukup bagiku.

            Dulu aku pikir kalau membaca akan membuang-buang waktuku saja dan sekarang aku menyesal membuang waktuku tidak banyak membaca.

            Sehari sebelum pengumuman, aku menelpon ibu. Aku bilang sama ibu aku rindu banget sama ayah dan ibu. Rasanya pengen peluk ibu supaya aku tenang menunggu hasil pengumuman. Ibu selalu memberi nasihat yang menyejukkan hati anak-anaknya ketika sedih ataupun sedang bimbang.  Bagiku ibu adalah obat penenang paling mujarab di dunia ini.

            Selesai shalat subuh, aku membuka handphoneku. Wulan akan menjemputku pagi ini. Setelah sampai di kampus aku melihat banyak orang yang menangis. Aku bertanya , ada apa? Salah satu dari mereka menjawab “Aku tidak lulus”.

            Ternyata hari ini adalah pengumumannya. Aku segera membuka internet dan masuk ke portalnya. Kami dibuat deg-degan karena diumumkan secara online. Aku mulai memainkan mataku mencari nama lengkapku dan ternyata namaku ada di urutan pertama.

            Alhamdulillah aku lulus. Wulan yang sedaritadi bersamaku spontan memelukku erat. Aku segera menghubungi ibu. Dan respon ibu senang mendengar anaknya ini lulus.

            Menjadi penyiar tidak menghalangi dan mengganggu kuliahku. Aku tetap menyeimbangkan antara kuliah dan menyiar. Aku tak pernah menjadikan beban , sebab aku cinta pekerjaanku ini.

                                                                        ***
            Berapa tahun berlalu.

            Baru kemarin aku diwisudah. Ada ayah , ibu , kakak , adik , dan sahabatku Wulan. Alhamdulillah kami berdua lulus dengan prestasi yang sangat memuaskan, coumlaude. Rasa syukurku yang tiada henti kuucapkan kepada Yang Maha  Memberi Kebahagiaan.

            Setelah menjadi sarjana yang luar biasa. Aku masih mengejar cita-cita yang 3 tahun lalu ku impikan. Menjadi presenter sekaligus reporter tv.

            Tak lepas dari usaha dan doa. Aku terus berusaha dan berdoa kepada Allah SWT. Karena hanya kehendak-Nya semua akan berjalan dengan lancar.

            Membaca buku menjadi hal wajib yang harus kutekuni. Setelah membaca Al-Qur’an. Tiga tahun lalu sudah aku lawan kemalasanku ini dengan penuh susah payah. Pepatah mengatakan bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian.

            Dan Allah menjawab doaku. Aku diterima bekerja sebagai presenter tv swasta di kotaku. Aku mendapat banyak hal yang luar biasa dari kebiasaan membaca. Bukan hanya pengetahuan tapi pengetahuan ini yang membawaku ke jalan kesuksesan.

            Aku pernah bertanya. Apakah semua orang sukse dan cerdas harus banyak membaca? Akhirnya kutemukan jawaban dari pertanyaanku sendiri. YA! Semua berawal dari bacaan. Paman benar. Membaca dapat membuat semua yang biasa menjadi luar biasa.

            Jadi tunggu apa lagi. Kalian jangan buang-buang waktu untuk tidak membaca. Kalau bukan kita yang mulai siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi ? Dan jadikan bukumu adalah sahabatmu. Karena buku adalah jendela dunia , mari kita kuasai dunia dengan rajin membaca.

Penulis                        : Nurhasana Fajri Ningrum


Komunikasi dan Penyiaran Islam - 015

Post a Comment

 
Top