Diam
di definisikan sebagai sebuah bentuk sikap seseorang yang tidak ingin melakukan
sesuatu atau tindakan. Dalam sikap diamnya seseorang tentu memilki suatu alasan. Diamnya seseorang bukan berarti kita tidak mengerti persoalan
secara lebih jernih, mengolah dan menganalisisnya lewat batin dan pikiran.
Pelajaran berharga dari pada bisu adalah untuk
tidak terburu-buru dalam berkata atau mengomentari sesuatu.
Tapi bagaimana dengan ungkapan bahwa
diam itu emas? Memang diam itu emas,
jika kita mengaturnya dengan baik. Karena dengan sedikit bicara (diam) kita
akan banyak mendengar dengan banyak mendengar kita akan berfikir, dengan banyak
berfikir kita akan semakin bijak. Tapi tidak semua orang memahami bahwa ketika
diam itu di katakan emas, pendiam dengan memiliki pengertian yang sangat beda
dan jelas berseberangan. Banyak orang yang suka bicara bila perlu “ingin di
perhatikan oleh orang lain”, karena rumusan itu sederhana yakni berbicaralah
maka Anda akan terkenal karena kepribadian seseorang tersembunyi di balik
lisannya. Artinya hanya dengan berbicara dan mengatakan kepada orang lain
tentang jati diri kita, maka orang lain akan mengenal dan paham tentang kita.
Ada
kalanya diamnya seseorang lebih kuat dari pada jawaban. Jika akal telah mencapai
kesempurnaan, maka akan tetap berada di bawah kendalimu selama engkau belum
melontarkannnya. Tetapi jika engkau telah melontarkan perkataan maka engkaulah
yang akan terbelenggu olehnya. Maka dari itu, simpanlah lisanmu sebagaimana
engkau menyimpan emas. Ada kalanya perkataan terasa nikmat, tetapi ia
mengundang bencana. Artinya, diamnya seseorang
lebih baik ketimbang perkataan yang sudah terlanjur terlontar tidak akan
bisa di tarik kembali, apalagi jika mengandung keburukan. Timbanglah
perkataanmu dengan perbuatanmu, dan jangan banyak bicara kecuali dalam kebaikan
. Sebaik – baik perkataan seseorang adalah yang sesuai dengan perbuatannya. Artinya,
segala ucapan kita harus selaras dengan perbuatan. Jangan sampai perkataan kita
malah bertentangan dengan perbuatan. Lebih baik berbicara sedikit tetapi
menebar kebaikan, dari pada banyak bicara tapi menimbulkan kekisruhan. Apa yang
terlewat darimu karena diammu lebih mudah bagimu untuk mendapatkannya dari pada
yang terlewat darimu karena perkataanmu. Maksudnya, sesuatu yang belum di
ucapkan lebih mudah diatur ketika akan di ucapkan. Sebaliknya, menarik
perkataan yang sudah terlanjur terlontar sangat sulit, bahkan mustahil.
Itu
semua sudah jelas dalam sabda nabi Muhammad saw.’’ Siapa yang beriman kepada allah dan hai akhir, hendaklah ia bicara
yang benar, atau diam’’. Maka, jika kita mampu yang baik, mampu menguasai
ilmu kalam sehingga bisa banyak menyadarkan banyak orang, bisa membela agama Allah,
maka diri kita akan berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Bukan berarti
seseorang tidak boleh berbicara banyak, “perlu banyak bicara” selama perkataan
itu lebih banyak yang mengarah kepada
hal yang positif, tentunya perkataan banyak tidak di ulang –ulang terhadap
sesama-Nya (bukan perkataan yang umum, semua orang tahu bahwa pagi itu terang
dan malam itu gelap ) dan perkataan perbuatan aktual bermanfaat perubahan
positif (baik ekstrim maupun non ekstrim yang terukur dengan logika atau rasio
manusia), dan perkataan perbuatan seperti itu menjadi protein, vitamin, dan
karbohidrat buat kehidupan ini.
karya: Alisa Adeliana Sari
nb: Anggota I-brand bidang writing angkatan VII
Post a Comment